MASJIDALMARKAZ.OR.ID, MAKASSAR – Pengurus Yayasan Islamic Center Al-Markaz Al-Islami kembali menggebrak dengan program baru bernama “Ngobras”. Ngobras adalah Ngobrol Keummatan dan Kebangsaan Al-Markaz.
Edisi perdana Ngobras digelar di Pelataran Masjid Al-Markaz Al-Islami, Ahad 04 Agustus 2024, usai pelaksanaan salat Subuh. Tampak ratusan jamaah antusias mengikuti acara ngobrol santai sembari menyeruput kopi, ditemani segarnya udara pagi.
Ngobras perdana itu mengangkat tema, “Hijrah untuk Merdeka”, yang menampilkan dua pemantik diskusi yaitu Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi, Sosiolog Unhas, dan Rektor UIM Prof. Dr. K.H. Muammar Bakri Lc., M.Ag, didampingi Ketua Harian YIC Al -Markaz Al-Islami, Prof. Dr. H. Mustari Mustafa, M.Pd..
Berbaur dengan ratusan jamaah, sejumlah intelektual tampak ikut hadir, antara lain Prof.Dr. Arifuddin Ahmad, Dr. Adi Suyadi Culla, Dr. Hasrullah, dan banyak tokoh penting lainnya. Tak ketinggalan Sekretaris Umum YIC Arman Arfah juga hadir dalam acara yang dipandu Ketua Komisi Informasi Sulsel, Pahir Halim.
Sejumlah tokoh menyampaikan apresiasi program Ngobras tersebut. Bahkan, mereka mengusulkan agar acara Ngobras terus digelar secara reguler, dengan bahasan berbagai tema. “Acara Ngobras ini, yang ternyata kepanjangannya ngobrol keummatan dan kebangsaan Al-Markaz ini harus menjadi agenda rutin,” harap Adi Suryadi Culla.
Pada sesi pembuka, Prof. M. Tahir Kasnawi, menyampaikan jika kemerdekaan itu merupakan suatu anugerah dari Allah SWT, yang paling esensial, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat atau sebagai bangsa.
“Hakekat kemerdekaan bagi individu adalah kebebasan kita untuk melakukan pilihan-pilihan terbaik dalam mencapai kehidupan yang dikehendaki oleh pencipta. Kita juga tidak akan dihukum dengan kemerdekaan dan pilihan-pilihan kita,” ujarnya
Menurut Prof Tahir, dalam kehidupan sosial sehari-hari kemerdekaan dan kebebasan ini tidak dapat kita praktikkan secara penuh.
Abad ke-19, lanjut Prof Tahir, umat islam di Indonesia patut berbangga karena yang mengawali dan mempelopori perjuangan dan merebut kemerdekaan ini adalah umat Islam dan dipelopori oleh para kiai dan para ulama melalui basis atau markas mereka adalah pondok pesantren.
Prof. Dr. K.H Muammar, yang juga Imam Besar Masjid Al-Markaz AL-Islami menuturkan, dalam pemahaman transedental yang sifatnya tauhid maka Islam mengajar kepada seluruh umatnya untuk merdeka secara lahir dan batin.
“Makna kemerdekaan dalam Al-Qur’an itu telah dijelaskan. Merdeka lawannya budak dan dalam sosial fiqih atau sosial keagamaan adalah Al-khuru. Dan Islam hadir di tengah struktur masyarakat sosial, dan perbudakan hadir sebelum Islam ada. Kemudian Islam pun mencoba merubah sistem tersebut dengan banyak konsep fiqih keagamaan,” paparnya.
Prof Muammar mengatakan, merdeka secara batin yaitu dengan sistem lailahaillalah. Jadi orang yang merdeka dalam hidupnya adalah orang yang bisa menghambakan dirinya kepada Allah SWT.
“Orang yang diperbudak dengan jabatan dan hartanya sesungguhnya dalam konsep transedental tauhid, hikmah dan tasauf, itu belum menikmati kemerdekaanya,” tegasnya.
Selain itu Prof Muammar menyampaikan bahwa konsep syariat Islam dalam kemerdekaan dapat dilihat dalam bebas beragama. “Islam datang dan mengajarkan umatnya untuk bebas beragama, bebas untuk hidup, bebas untuk belajar, bebas berketurunan dan bebas untuk memiliki harta, inilah tujuan dalam kemerdekaan hidup,” imbuhnya.
Sementara itu Ketua Harian Yayasan masjid Al-Markaz Al_Islami Prof. Mustari Mustafa menuturkan bahwa masjid Al-Markaz sedang membangun pemahaman bahwa masjid bukan hanya untuk beribadah saja, tapi merancang pengembangan disektor bisnis dalam mengeliatkan ekonomi juga menjadikan masjid sebagi sayap sains, serta badan teknologi.
“Kami ingin Masjid Al-Markaz Al-Islami menjadi pilot project dan tim pengarah juga kiranya masyarakat dapat memberikan masukan untuk membawa masjid ke arah yang baik,” katanya. (*)