Rabu, Oktober 16, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaKhutbahTiga Kunci Kesuksesan Dunia Akhirat

Tiga Kunci Kesuksesan Dunia Akhirat

Oleh : Dr. Muhammad Agus, S.Th.I., M.Th.I.

SETIAP  manusia pasti menginginkan kesuksesan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Hanya saja, yang menjadi tanda tanya adalah apa kunci kesuksesan itu? Pertanyaan yang cukup singkat namun jawabannya sangat dibutuhkan dalam upaya meraih harapan tersebut.

Terkait dengan hal ini, setidaknya ada 3 kunci kesuksesan yang mesti dimiliki oleh setiap orang, yaitu :

Pertama, niat yang suci.

Hal ini di dasari oleh firman Allah SWT dalam QS. al-Anfal : 70

اِنْ يَّعْلَمِ اللّٰهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ خَيْرًا يُّؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ اُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ

“Bila Allah mengetahui bahwa dalam hatimu ada kebaikan niscaya Dia akan memberikan kebaikan kepadamu lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni dosamu. –Sesungguhnya- Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang”.

Karena itulah, kebahagiaan dan kesuksesan itu mesti dijemput dengan hati yang bersih dan niat yang suci. Terlebih lagi niat yang baik itu sudah bernilai di sisi Allah SWT. Sebagai contoh, penanggalan Islam dikenal dengan istilah Hijriah, karena yang menjadi patokan adalah hijrahnya nabi dari Mekah ke Madinah.

Hanya saja, ada yang unik dalam penanggalan tersebut, sebab patokannya adalah hijrah, sementara fakta sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Mekah ke Madinah dilakukan di dalam bulan Rabiul Awal, sedangkan tahun Hijriah dimulai dari bulan Muharram.

Sehingga ini memunculkan pertanyaan, “apa hikmahnya bulan Muharram dijadikan sebagai bulan pertama sementara hijrahnya nabi dilakukan di dalam bulan Rabiul Awal?” Salah satu jawaban ulama adalah karena niatnya nabi ingin berhijrah itu muncul di dalam bulan Muharram sekalipun pelaksanaannya nanti dilakukan di bulan Rabiul Awal.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi yang mengatakan :  “Niatnya orang beriman lebih baik daripada amalnya” Sebab, niat sudah bernilai sekalipun amal belum ada. Akan tetapi amal nanti bernilai apabila ada niat. Ini berarti, berupayalah untuk terus melakukan kebaikan, namun bila kita belum mampu melakukan kebaikan paling tidak tetaplah berniat kebaikan. Semoga dengan niat kebaikan tersebut, Allah memudahkan kita mendapatkan kebaikan.

Dr. Muhammad Agus, S.Th.I., M.Th.I.

Kedua, doa yang tulus.

Setiap keinginan dan harapan yang ingin dicapai semestinya ditopang dengan doa kepada Allah yang Maha Kuasa. Sebab mengandalkan kemampuan pribadi dalam mewujudkan segala yang diinginkan itu adalah sebuah kemustahilan. Karena itulah, Imam al-Qusyairi di dalam kitabnya ar-Risalah al-Qusyairiyah mengatakan bahwa hakikat doa ada dua, yaitu pertama, mengakui kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah serta yang kedua, menyadari kelemahan dan keterbatasan kita sebagai manusia.

Itu jugalah sebabnya, Rasulullah SAW di dalam salah satu hadisnya berpesan :  “Siapa yang tidak mau berdoa kepada Allah, niscaya Allah akan murka kepadanya” Mengapa? Karena orang yang tidak mau berdoa disebabkan oleh salah satu dari dua kemungkinan. Yaitu bisa jadi karena berputus asa dari rahmat Allah dan bisa jadi karena sombong di depan Tuhan. Sementara kedua sikap tersebut (sombong dan berputus asa) merupakan dua sikap yang sangat dimurkai oleh Allah.

Dengan demikian, berusahalah meraih kesuksesan dengan cara memperbanyak doa kepada Allah. Sebab tidak ada kata mustahil bagi Allah. Bisa jadi bagi manusia itu mustahil, tapi bila Allah berkehendak maka semuanya bisa terjadi. “Apa yang diinginkan oleh Allah pasti terjadi dan yang tidak diinginkan oleh Allah tidak akan mungkin terjadi”.

Kunci kesuksesan yang ketiga adalah usaha maksimal.

Sebagai seorang hamba, di samping meyakini kemahabesaran Allah, ia tetap dituntut untuk memaksimalkan usahanya dan kerja kerasnya. Sebab doa tanpa usaha itu tidak sempurna, dan usaha tanpa doa itu tidak berkah. Dengan demikian, memperbanyak doa itu perlu namun memaksimalkan usaha dan kerja keras itu jauh lebih perlu.

Salah satu contoh konkrit yang bisa dijadikan pelajaran terkait perlunya usaha dan kerja keras adalah kisahnya Maryam as. di saat beliau akan melahirkan. Disebutkan di dalam alQur’an bahwa di saat Maryam sudah merasakan kesakitan akan melahirkan, ia pun bersandar di bawah pohon kurma. Dan di dalam kesendiriannya itu tiba-tiba Allah menyuruh Maryam menggoyang-goyangkan pohon kurma agar buahnya yang masak berguguran kepadanya.

Sesuai firman Allah dalam QS. Maryam ayat 25 ّ :  

وَهُزِّىٓ إِلَيْكِ بِجِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ تُسَٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. Di sini memunculkan tanda tanya, bila memang Allah ingin memberikan buah kurma yang masak kepada Maryam mengapa Dia tidak langsung memberikannya dengan kalimat kun fayakun tapi mengapa Dia menyuruh Maryam terlebih dahulu menggoyang pohon kurma itu?

Tentu ini merupakan isyarat dari Allah bahwa bila kalian ingin mendapatkan bagian dan hasil maksimal maka maksimalkan terlebih dahulu usaha dan kerja kerasmu. Goyanggoyangkan tanganmu terlebih dahulu untuk bekerja. Karena itulah, bisa dipahami bahwa kesuksesan bukanlah hasil kun fayakun semata, namun ia merupakan hasil dari sebuh proses dari seorang manusia yang dilandasi dengan niat suci, doa yang tulus serta usaha maksimal. (*)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments