Oleh : Muammar Bakry
AL-MARKAZ, sesuai dengan namanya adalah pusat atau center. Boleh disebut bahwa masjid pertama kali dengan nama al-Markaz di Indonesia adalah Masjid al-Markaz Al-Islami Jenderal M. Yusuf yang ada di Makassar.
Al-Markaz Al-Islami jika dibahasainggriskan menjadi Islamic Center yang sejak lama telah dikenal di negara negara barat dan eropa, menjadi pusat ibadah kaum muslimin yang jumlahnya minoritas di sana.
Dari sekian banyak yang dapat menjadi indikator kelebihan fungsi itu adalah bidang ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Dari beberapa indikator di atas, tulisan ini hanya mengangkat satu bidang yakni Dakwah Al-Markaz. Adapun bidang-bidang yang lain pembaca dapat melihat lebih dekat dengan mengunjungi dan melihat langsung aneka kegiatan yang disajikan untuk memakmurkan jamaah seperti pembinaan UMKM hingga sayur mayur gratis.
Jika dibandingkan di Indonesia, hampir semua daerah memiliki masjid besar yang menjadi tempat ibadah umat Islam di sekitar. Para warga yang menjadi jamaah tetap di masjid sekitarnya sudah asik dengan masjidnya masing masing. Maka fungsi Islamic Center seperti fungsi di negara barat dan eropa tentu tidaklah sama. Sekalipun demikian, tidak ada salahnya jika penamaan Al-Markaz Al-Islami digunakan dengan penekanan fungsi melebihi dari masjid masjid yang ada di sekitar warga.
Al-Markaz sejak difungsikan sebagai masjid telah dilaksanakan pegajian rutin dengan berbagai materi keislaman dan sosial dan ekonomi. Disajikan dengan kurikulum yang dibawakan oleh narasumber yang ahli di bidangnya. Mulai Tafsir, Fikih, Tasawuf, Akidah, Fikih Perbandingan, Fikih Kontemporer, Filsafat Islam, Politik Islam, Ekonomi Islam hingga masalah-masalah Kesehatan Masyarakat disajikan seperti Pesantren Terbuka.
Di awal hingga terjadinya covid 19 yang melanda dunia, pengajian Al-Markaz diadakan sebanyak 3 kali sehari yakni setelah salat subuh, setelah salat duhur dan setelah salat magrib. Setelah covid pengajian dibuka kembali dengan formulasi yang berbeda yakni pengajian dilaksanakan setelah salat magrib dan di hari tertentu dilaksanakan setelah salat subuh.
Sejak kepengurusan yayasan baru Al-Markaz di bawah kepemimpinan Prof Hamid Awaluddin, formulasi dakwah dalam suasana yang berbeda ditampilkan secara variatif. Selain kajian rutin, dilakukan juga diskusi yang dikemas secara akademik hingga dalam bentuk yang lebih santai seperti acara “Ngobras” yakni ngopi bahas sosial keagamaan pada hari Ahad subuh dengan tema kebangsaan, keumatan dan kenegaraan, dengan layanan kopi susu dan aneka kue tradisional bugis makassar.
Jamaah yang aktif mendengar kajian nonformal (mustami’) sudah pasti memiliki ilmu agama yang cukup luas yang diperoleh dari ulama-ulama senior hingga cendekiawan muda dari berbagai latar belakang kampus dan ormas yang ada di Makassar dan sekitarnya.
Jamaah pendengar dakwah Al-Markaz dapat dikategorikan pada tiga bentuk, jamaah salat yang duduk menyimak materi dakwah, jamaah pendengar radio Al-Markaz yang setia mendengarkan melalui 99,6 FM dan juga media sosial Al-Markaz seperti Facebook dan Instagram.
Syiar dakwah Al-Markaz nampak dengan konsistensi Moderasi Beragama yakni materi yang mendukung komitmen kebangsaan, adaptif dengan kearifan lokal, menghormati pandangan ulama lain dan toleran atas perbedaan.
Demikianlah sesungguhnya hakikat dakwah yakni mengajak secara bijaksana kepada kebaikan yaitu Khayr dan Ma’ruf. Dua kata yang terakhir mencakup aneka macam arti antara lain progresif, bilhikmah, santun, ramah, berkemanusiaan, moderat, kontekstual, rasional, adaptif pada kearifan lokal, membujuk, merangkul, tidak fanatik dan seterusnya.
Dakwah seperti inilah yang dirawat di Al-Markaz sejak berdirinya hingga hari ini sebagai ciri khasnya. Bukan dakwah yang selalu marah, selalu menyesatkan, selalu mengkafirkan, selalu membid’ahkan, selalu meremahkan dan seterusnya.
Ada ungkapan yang populer, “Ulama dahulu banyak mengislamkan orang kafir, sekarang ini justeru banyak pendakwah yang mengkafirkan orang Islam”, maka dipastikan bahwa suara dakwah dari Al-Markaz adalah suara yang membuat masyarakat jadi adem lahir batin, suara yang menjadi oase bagi masyarakat yang haus pada ilmu agama yang valid dari narasumber yang tepat. Demikian dakwah sejuk dari Al-Markaz yang diharapkan terbangun pusat peradaban Islam dari Selatan Sulawesi.